
Berawal dari membuka sebuah distro baju bernama FOLDER INC. di daerah Cicurug. Pada saat itu, di rumah terdapat satu kamera Canon Rebel T3 milik adiknya Lucky Wardeni (Owner) yang sedang tidak terpakai. Kamera tersebut kemudian dimanfaatkan untuk pemotretan baju-baju baru yang datang ke distro.
Suatu hari, datanglah seorang pengunjung yang bukan hanya membeli baju, tetapi juga menanyakan apakah kamera tersebut bisa disewakan. Karena belum mengerti tentang bisnis penyewaan kamera, Lucky menolak permintaan itu. Seminggu kemudian, pengunjung yang sama kembali lagi untuk membeli baju, sambil menanyakan lagi apakah kamera bisa disewakan. Jawabannya tetap sama: tidak disewakan.
Namun pada kesempatan ketiga, orang tersebut datang kembali dengan tujuan khusus: ingin menyewa kamera itu untuk kegiatan study tour ke Jogja. Karena dianggap sudah menjadi pelanggan setia distro, Lucky akhirnya mengizinkan kamera tersebut disewakan. Sejak saat itu, penyewaan kamera mulai berulang, dan orang tersebut bahkan sering memberi tahu orang lain bahwa di Folder Distro bisa sewa kamera.
Lama-kelamaan, bisnis ini mulai dikenal. Suatu ketika, dua remaja wanita dari Ciawi, Bogor datang ke toko. Lucky sempat heran, mengapa jauh-jauh ke Cicurug untuk menyewa kamera, bukankah di Bogor juga ada rental kamera? Mereka menjawab:
βAda, tapi mahal. Kalau di sini lumayan murah.β
Jawaban itu membuat otak bisnis Lucky kembali berjalan. Ia pun menambah unit kamera. Namun, seiring waktu muncul berbagai kendala: mulai dari kamera hilang, keterlambatan pengembalian, hingga kerusakan kamera. Lucky berpikir harus membuat regulasi yang ketat, tetapi tidak memberatkan konsumen.
Masalah besar muncul ketika kamera mengalami kerusakan, khususnya pada bagian autofokus. Di Sukabumi, tempat service kamera masih jarang dan biayanya sangat mahal. Lucky mencoba membawa kamera ke Pasar Baru, Jakarta, namun benar saja: biaya service tinggi dan tidak sebanding dengan pendapatan rental.
Akhirnya, Lucky memberanikan diri untuk membongkar kamera tersebut secara otodidak. Setelah dicari tahu dan dipelajari sendiri, akhirnya ia menemukan penyebab kerusakan, membeli sparepart, dan memperbaikinya sendiri. Proses itu memakan waktu hingga dua minggu. Dari kebiasaan membongkar dan memperbaiki kamera sendiri, pengetahuan Lucky tentang kamera semakin dalam.
Seiring waktu, hasil usaha mulai berkembang. Alhamdulillah, Lucky berhasil membeli unit kamera tambahan, kemudian bertambah lagi, dan terus bertambah. Akhirnya, Lucky membuka khusus rental kamera di Cibatu, di rumahnya sendiri, salah satunya juga karena sering didorong (βdikomporiβ) oleh langganan sekaligus suplier kamera bekas.
Awalnya usaha itu diberi nama Sewa Kamera Sukabumi (SKS). Namun setelah berjalan, Lucky merasa nama tersebut terlalu panjang. Saat itu ia sudah memberanikan diri menyicil mobil untuk operasional, dan terlintas ide untuk membuat nama dan logo baru. Dari situlah lahir nama LUCKY KAMERA, nama yang sederhana namun ternyata membawa hoki besar dalam perjalanan usahanya.
LUCKY KAMERA resmi berdiri pada tahun 2017β¦β¦..Bersambung